Kamis, 27 Oktober 2011

UKS

(USAHA KESEHATAN SEKOLAH)


1. PENGERTIAN
PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah penyelenggara pelayanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat melalui kegiatan promotif, prefentif, rehabilitasi dan resosialisasi untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

UKS adalah upaya pelayanan terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka peningkatan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak sekolah yang berada di sekolah dan perguruan agama.

2. TUJUAN UKS
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
b. Tujuan Khusus
Memiliki pengetahuan, pengertian dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan sekolah, di perguruan agama, di rumah tangga dan lingkungannya.

3. SASARAN UKS
a. Peserta didik dari tingkat SD sampai SMA / Kejuruan
b. Sasaran Pembinaan UKS
1. Peserta didik
2. Pembina UKS
3. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan
4. Lingkungan

4. TRIAS UKS
Dikenal dengan sebutan TRI PROGRAM UKS yang meliputi :
1. Pendidikan Kesehatan
a. Intrakurikuler
Diselipkan pada jam-jam pelajaran yang sesuai dengan jadwal mata pelajaran pada umumnya dan berhubungan dengan kesehatan, agama dll.
b. Ekstrakurikuler (dilakukan di luar jam pelajaran untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan peserta didik)
Contoh kegiatannya :
• PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
• Kerjabakti sosial
• Lomba UKS
• Lomba Sekolah Sehat
• LCC dokter kecil
• Lomba warung sekolah sehat
• Lomba poster kesehatan
• Lomba penyuluhan dokter kecil
• Bimbingan hidup sehat (kegiatan promotif dan latihan penyuluhan kesehatan dalam rangka peningkatan kesehatan)
2. Pelayanan Kesehatan
Usaha Pelayanan Kesehatan meliputi :
a. Usaha Promotif
Penyuluhan kesehatan, pemantauan status gizi dan latihan ketrampilan.

b. Upaya Preventif
Upaya pencegahan, peningkatan daya tahan tubuh, memutus mata rantai penularan penyakit dan deteksi dini terhadap penyakit yang akan timbul.
c. Usaha Kuratif
Upaya pengobatan yang dilakukan oleh tim teknis puskesmas dan olah kader kesehatan sekolah yang terlatih.
d. Usaha Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif atau perbaikan yang dilakukan oleh keluarga dan diawasi oleh petugas kesehatan.
e. Usaha Resosialisasi
Upaya sosialisasi di masyarakat berkaitan dengan kesembuhan yang telah dialami penderita.
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat
Dilaksanakan dalam rangka menjadikan sekolah / madrasah / pondok sebagai institusi pendidikan yang menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan keterampilan peserta didik untuk menjalankan prinsip hidup sehat. Kegiatan ini mencakup :
a. Kegiatan bina lingkungan fisik
b. Kegiatan bina lingkungan mental dan sosial sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah.


LAMBANG UKS





Arti lambang UKS
1. Segitiga sama sisi melambangkan TRIAS UKS
2. Lingkaran menggambarkan keterpaduan kegiatan UKS dalam hal ini tergambar bahwa UKS adalah lintas program dan lintas sektoral sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 menteri (Menteri Dalam Negeri, Kesehatan, Pendidikan, Agama)
3. Warna hijau melambangkan arti kesehatan (Sehat).




DASAR HUKUM UKS
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. 11/MPR/1983 tentang Garis Besar Haluan Negara.
2. Undang-undang No. 4 Tahun 1950 juncto UU No. 12 Tahun 1945 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah.
3. Undang-undang No. 12 tentang Pokok-pokok Kesehatan.
4. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
5. Peraturan Pemerintan No. 65 Tahun 1951 tentang penyerahan daripada urusan pemerintah pusat dalam lapangan pengajaran dan kebudayaan kepada daerah otonomi.
6. Undang-undang No. 50 Tahun 1952 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan pusat dalam lapangan kesehatan kepada daerah otonomi.
7. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1953 tentang penyerahan sebagian tugas dan urusan pemerintah dalam lapangan pendidikan pengajaran dan kebudayaan kepada pemerintah daerah / kotapraja.
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 31 Tahun 1972 tentang tanggung jawab fungsional pendidikan dan latihan.
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1974 tentang pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 34 Tahun 1972.
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen.
11. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 1408a/U/1984, Nomor : 319/Menkes/SKB/VI/1984, Nomor : 60 Tahun 1984 Usaha Kesehatan Sekolah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 99/Menkes/SK/1982 tentang Kesehatan Nasional.
12. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Ban VIII tentang Pembangunan Sosial Budaya.
13. Keputusan Bupati Kebumen No. 32 Tahun 2003 tentang Pedoman tugas dan fungsi uraian tugas jabatan struktural Kantor pelatihan tenaga kerja, Cabang Dinas dan Unit pelaksana tehnis Dinas Kabupaten Kebumen (Uraian tugas butir 24)

PROGRAM KERJA UKS UNTUK TINGKAT SEKOLAH DASAR
Pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah dasar adalah : Penanaman kebiasaan hidup bersih dan bimbingan perilaku hidup sehat, meliputi :
• Kesehatan pribadi
• Pengetahuan Gizi
• Pengetahuan UKS
• Pendidikan kesehatan dasar
• Kesehatan lingkungan
• Immunisasi
• Pengetahuan tentang pola penularan penyakit dan pemberantasannya
• Pertolongan pertama fistaider (tingkat mula / dasar)
• Keseimbangan belajar dan bermain
• Pelaporan

Jumat, 29 Juli 2011

Penjelajahan di Alam Bebas

PENDAHULUAN


Penjelajahan alam bebas merupakan salah satu kegiatan yang cukup menyenangkan dan sangat digemari oleh anak-anak. Dengan adanya kegiatan penjelajahan diharapkan akan mendekatkan anak-anak kepada alam. Sehingga anak-anak akan lebih mengenal dan mencintai alam sekitar.
Penjelajahan berarti melakukan perjalanan dengan berjalan kaki yang dapat diikuti dengan berbagai bentuk permainan dan petualangan. Banyak sekali manfaat yang dapat diperolah dari kegiatan ini. Kemandirian, saling pengertian, kerjasama, kedisiplinan, dan tanggung jawab merupakan aspek pendidikan yang diharapkan timbul dari kegiatan tersebut.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menunjang kenyamanan dan keselamatan sebelum melakukan penjelajahan di alam bebas. Oleh karena itu, pengenalan dan pemahaman teknik dalam melakukan perjalanan sangatlah penting.
Untuk menghilangkan kejenuhan dan menyegarkan pikiran, maka kita lakukan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan tersebut dapat berupa jalan kaki ke tempat-tempat tertentu misalnya ke perkebunan, pegunungan, pantai, atau tempat-tempat rekreasi.

PEMBAHASAN


Penjelajahan di alam bebas memang sangat menyenangkan. Akan tetapi, sebelum melaksanakan kegiatan penjelajahan hendaknya kita memperhatikan atau membuat perencanaan dan persiapannya terlebih dahulu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah kesiapan untuk melakukan perjalanan dan jaminan keamanan perjalanan. Kemana pun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui atau seberapa buruk cuaca yang akan dihadapai bukanlah merupakan suatu penghalang untuk melakukan perjalanan jika dibekali dengan persiapan yang matang. Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam sebuah kegiatan penjelajahan.
1. Tahap Persiapan
A. Menyusun Rencana Kegiatan
Dalam menyusun rencana kegiatan penjelajahan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Agar dapat terlaksana dengan baik dan lancar, kegiatan harus didahului dengan penyusunan rencana yang matang.
2) Kegiatan perencanaan diantaranya meliputi pangamatan rute dan lokasi yang akan dituju, waktu pelaksanaan, peralatan yang dibutuhkan, pembuatan denah atau peta, jumlah peserta, dam macam kegiatan.
3) Kegiatan pengamatan rute dan lokasi yang akan dituju dilakukan sebelum kegiatan dilakukan.
4) Pada saat melakukan kegiatan pengamatan rute hendaknya disertai dengan pembuatan tanda-tanda atau rambu penunjuk arah.
5) Peta atau denah perjalanan penjelajahan ataupun lokasi penjelajahan harus dapat digambarkan dengan jelas. Peta tersebut harus memiliki rute, tanda atau rambu-rambu yang digunakan, serta keterangan kegiatan yang akan dilaksanakan.
6) Peta atau denah yang disusun secara jelas dan terperinci akan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.
7) Dalam merencanakan jumlah peserta, hendaknya mempetimbangkan daya tampung lokasi yang akan dituju serta tingkat kesulitan penjelajahan.
8) Hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan macam kegiatan adalah kebuuhan atau situasi lokasi kegiatan, manfaat kegiatan, dan biaya.
B. Pendaftaran Peserta
Panitia mencatat para peserta yang akan mengikuti kegiatan penjelajahan secara benar. Jumlah peserta yang akan mengikuti kegiatan penjelajahan harus diketahui.
C. Pembagian Kelompok
Peserta penjelajahan yang sudah terdaftar dan diketahu jumlahnya, selajutnya dibagi menjadi beberapa kelompok. Jumlah anggota setiap kelompok juga menentukan ketua kelompoknya. Ketua kelompok bertanggung jawab menjaga kekompakan kelompoknya.
D. Pembekalan
Pada kegiatan pembekalan, panitia memberikan pengarahan kepada semua peserta tentang maksud dan tujuan kegiatan, tata tertib dan tata cara pelaksanaan, informasi tentang hari, tanggal, dan waktu pelaksanaan serta lokasi yang akan dilalui, disinggahi, dan dituju.
Pada kegiatan pembekalan, semua peserta juga diberikan penjelasan mengenai perlengkapan-perlengkapan yang harus dibawa ketike melakukan kegiatan penjelajahan, baik itu perlengkapan pribadi maupun kelompok.
1) Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan pribadi yang perlu dipakai atau dibawa oleh setiap peserta penjelajahan, di antaranya berpakaian sopan dan rapi. Sebaiknya memakai pakaian yang mudah menyerap keringat, misalnya kaos. Bersepatu dan memakai kaos kaki, memakai topi, membawa tas rangsel, alat-alat tulis, jas hujan, serta makan dan minuman.
2) Perlengkapan Kelompok
Perlengkapan kelompok yang perlu dibawa di antaranya tongkat, perlengkapan PPPK, dan peluit.


E. Penyusunan Jadwal Kegiatan Selama Penjelajahan
Jadwal kegiatan harus disusun secara lengkap untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan penjelajahan.
F. Peraturan Penjelajahan
Peraturan penjelajahan harus dipatuhi oleh semua peserta. Setelah memahami peraturan penjelajahan, setiap peserta harus menjalankan tugas dan tanggung jawnya masing-masing.
1) Tanggung Jawab Pemimpin
Tanggung jawab seorang pemimpin regu, antara lain :
- Menjaga keutuhan kelompok.
- Menentukan posisi pada peta saat berhenti.
- Memilih jalur terbaik bagi anggotanya.
- Waspada terhadap perubahan kondisi anggota.
- Memperhatikan cuaca.
- Mengadakan pembagian tugas.
2) Tanggung Jawab Anggota
Tanggung jawab setiap anggota regu, antara lain :
- Mematuhi instruksi pemimpin.
- Menjalankan kewajiban atau tugas ya.ng diberikan
- Mengutamakan kepentingan bersama.
- Membawa perlengkapan yang diinstruksikan.


2. Tahap Pemberangkatan
Sebelum kegiatan pemberangkatan, sebaiknya diawali dengan kegiatan upacara demi kedisiplinan siswa. Pada upacara pemberangkatan tersebut, panitiamembeikan penjelasan berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan, misalnya rute yang akan ditempuh atau disinggahi, tanda-tanda jejak yang harus dipatuhi, serta tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Setelah semua diperiksa dengan cermat dan teliti, panitia segera memberangkatkan peserta untuk melaksanakan kegiatan penjelajahan di alam bebas. Satu per satu kelompok diberangkatkan dengan tertib.
3. Tahap Penjelajahan
Semua peserta melaksanakan penjelajahan sesuai dengan rute perjalanan yang telah ditentukan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan selama penjelajahan adalah tanda-tanda jejak. Tanda-tanda jejak merupakan pedoman yang harus diikuti oleh peserta untuk menemukan rute perjalanan yang benar. Tanda-tanda jejak dapat berupa tanda-tanda yang menerangkan arah atau suatu tempat tertentu. Tanda jejak tersebut dapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya tumpukan benda (rumput atau batu) serta dibuat dalam bentuk tulisan. Berikut ini beberapa contoh tanda jejak yang dapat dipakai ketika melakukan penjelajahan.
Selama penjelajahan, peserta akan menghadapi berbagai macam rintanga, baik yang bersifat alami maupun buatan. Rintangan yang bersifat alami misalnya melewati jalan berbatu atau menyebrangi sungai. Rintangan yang bersifat buatan biasanya dijumai di pos-pos yang disinggahi. Peserta dan kelompoknya harus menyelesaikan tugas yang diberikan pada tiap-tiap pos yang telah ditentukan. Panitia akan menilai kekompakan dan kreativitas setiap kelompok dalam menyelesaikan tugas. Kelompok yang dapat menjaga kekompakan dan menyelesaikan tugas dengan baik akan dinyatakan sebagai pemenang kegiatan.



PENUTUP

1. Kesimpulan
Aktivitas luar kelas seperti penjelajahan di alam sekitar merupakan aktivitas belajar yang menarik dan aman apabila dilakukan dengan perencanaan dan persiapan yang baik. Persiapan mental dan fisik penting sebelum melakukan kegiatan penjelajah. Kesiapan mental perlu dijaga agar tidak menimbulkan masalah selama penjelajahan. Kesiapan fisik seperti badan harus dalam keadaan sehat dan bugar. Dengan kesiapan mental maupun fisik, kegiatan penjelajahan dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
Selama melaksanakan kegiatan hendaknya para peserta tetap bersikap dan berperilaku sesuai dengan prosedur dan instruksi. Instruksi tersebut harus disampaikan oleh ketua rombongan ataupun ketua kelompok kepada para anggota sebelum melakukan kegiatan. Selama melakukan kegiatan peserta harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, menjalin kerja sama antar anggota kelompok, menjaga etika perjalanan dan etika pergaulan, serta memiliki rasa kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
2. Saran
- Periksalah perlengkapan sebelum melakukan perjalanan.
- Jangan merusak kelestarian alam sekitar.

Daftar Pustaka

Joko Supriyanto, 2008. Gembira Berolahraga (Untuk Kelas V). Solo ; PT Tiga Serangkai Pusta Mandiri.
Joko Supriyanto, 2008. Gembira Berolahraga (Untuk Kelas VI). Solo ; PT Tiga Serangkai Pusta Mandiri.
Farida, dkk. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. (untuk kelas V) Pusat Perbukuan kementrian Pendidikan Nasional. Klaten; PT Macanan Jaya Cemerlang.
http;//indonesiaoutdoors.com
http;//ozy I. multiply.com

Kamis, 17 Februari 2011

Konsep Dasar Bermain

Manusia dikenal juga sebagai Homo Ludens, dalam filsafat olahraga memaparkan karakteristik bermain sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela. Berbagai macam respon secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk kegiatan bermain sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk bermain, sebagai kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan peran.
Bermain itu sendiri bukanlah suatu yang real sehingga bermain pada anak misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap kosentrasi dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas dari etika, seperti tersirat dalam semangat fair play yang selanjutnya menguji ketangguhan, keberanian, dan kejujuran pemain. Ciri bermain yang belum tercemar tampak dalam permainan anak-anak yang meskipun tanpa wasit, semua pemainnya mampu mengatur dirinya untuk tidak menghancurkan permainan.

Jumat, 04 Februari 2011

GERAK LOKOMOTOR DENGAN PERMAINAN KECIL SEDERHANA

• Gerak Lokomotor
Nama aktivitas : Berjalan, berlari ke segala arah dengan permainan kecil sederhana (Elang dan Ular).
Kelas : III ( Tiga )
Penjelasan dan gambar :
- Gerak lokomotor dengan permainan kecil sederhana menjala ikan.
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai kebutuhan.

Cara melakukanya adalah sebagai berikut:
- Pada awal kegiatan siswa dibariskan dan diberi penjelasan dari guru.
- Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, salah satu siswa dari masing-masing kelompok, satu siswa menjadi elang dan yang lain menjadi ular.
- Siswa yang menjadi elang harus berusaha menangkap ekor/siswa yang paling belakang menjadi ular, sedangkan siswa yang paling depan atau yang menjadi kepala ular harus berusaha melindungi anggotanya dari tangkapan elang.
- Jika siswa yang menjadi elang dapat menangkap ekor ular maka permainan dilanjutkan dengan berganti posisi, siswa yang menjadi elang pindah menjadi ekor ular, dan siswa yang menjadi kepala ular berganti menjadi elang dan seterusnya. Sehingga semua siswa dapat mersakan menjadi elang, kepala ular, anggota ular dan ekor ular.

Gambar 1.






Gambar 2.





Gambar 3.





Gambar 4.





A. Tanggapan Siswa
- Kegiatan lebih terasa menyenangkan, dan lebih menantang
- Tidak bosan, ingin bermain kembali
B. Kesimpulan
Pada dasarnya kegiatan gerak lokomtor dengan menggunakan permainan kecil sederhana siswa akan lebih merasa senang dan lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan, dibandingkan dengan kegiatan yang di ulang-ulang dan monoton peserta didik akan cepat merasa kurang semangat dan cepat merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Saran
Bagi guru olah raga yang mengampu kelas kecil, diharapkan melakukan pembelajaran dengan bentuk permainan kecil sederhana atau dengan sistem perlombaan karena dengan kegiatan ini dapat membuat peserta didik dapat lebih bersemangat dan merasa tertantang.

HAL-HAL YANG MENGAKIBATKAN STRES MENTAL PADA ATLIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada final piala AFF tahun 2010 putaran pertama di Malaysia, tentunya banyak peristiwa yang sangat memprihatinkan dan mengganggu kosentrasi para pemain, pada saat terjadi insiden sinar laser ataupun petasan yang dinyalakan para supporter di dalam stadion bukit jalil. Tentunya unsur kesengajaan memang sudah disiapkan para supporter guna mengganggu pemain yang sedang bertanding.
Ketika itu penjaga gawang timnas kita Markus Horizon yang paling sering mendapat gangguan sinar laser. Tentu saja kejadian tersebut sangat mengganggu konsentrasi dan mental para pemain timnas kita. Banyak pemain yang mengalami stress mental pada saat pertandingan tersebut. Bila kejadian tersebut terjadi pada atlit yang kita bina maka kita harus tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut agar masalah tersebut tidak menjadi berlarut-larut.
Dengan uraian singkat di atas pokok-pokok bahasan dalam makalah ini antara lain :
1. Hubungan Atlit dengan Perkumpulan
2. Hubungan Atlit dengan Coach / Pelatih
3. Hubungan Atlit dengan Atlit
4. Prinsip-prinsip yang penting bagi Pelatih
5. Mengatasi Stress Mental
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Atlit dengan Perkumpulan
Dalam setiap perkumpulan atau organisasi tentunya terdapat suatu peraturan, prosedur, kebijaksanaan dan administrasi dapat mempengaruhi hubungan atlet dengan perkumpulan. Beberapa aspek di bawah ini penting untuk diperhatikan yaitu :
1. Seluruh bagian atau jajaran organisasi harus bersih dari segala kecurangan.
2. Seluruh bagian dibuat dengan struktur sederhana saja serta tidak terlalu birokratis dan bertele-tele.
3. Seluruh pengurus harus jujur, terbuka kepada setiap orang serta sederhana, tidak terkecuali.
4. Sebelum mengikuti / pelaksanaan program latihan, terlebih dahulu harus ada persetujuan mengenai ketentuan-ketentuan yang ada antar atlit-pelatih dan official.
5. Peraturan-peraturan yang ada harus ditaati, kalau ada pelanggaran terhadapnya tentu saja rencana kerja tak akan berjalan dengan baik.
B. Hubungan Atlit dengan Coach / Pelatih
Pelatih juga harus dapat menjaga hubungan dengan para atlitnya agar tidak terjadi salah komunikasi dan atlet lebih merasa nyaman dan mudah menerima masukan-masukan dari pelatih. Bila hubungan antara atlit dengan pelatihnya tidak dapat berjalan dengan bagaimana prestasi atlitnya bisa meningkat. Di bawah ini beberapa hal-hal yang perlu dilakukan pelatih dalam membina hubungan baik dengan atlit :
1. Seorang pelatih harus terbuka pada setiap atlit, juga dalam memberlakukan peraturan harus sama.
2. Seorang pelatih harus memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh atlit, tak ada yang dikhususkan.
3. Tidak menyepelekan hal pengawasan. Pelatih harus dapat / mampu memberikan keterangan-keterangan dengan cepat dan tepat.
4. Pelatih merupakan panutan, ia sebagai bapak, guru, paman, dan teman.
5. Adanya saling terbuka antara pelatih dan atlit akan memudahkan diterimanya suatu keputusan latihan yang menyangkutnya.
6. Dengan hubungan yang baik dan positif, maka itu akan menghasilkan hal positif, membangun dan berbuat saling menguntungkan.
C. Hubungan Atlit dengan Atlit
Hubungan antara atlit yang satu dengan atlit yang lain sangat erat kaitannya dengan peningkatan kerjasama tim, oleh karena itu para atlit harus mampu membina hubungan baik sesama atlit antara lain :
1. Membentuk kerjasama atlit, yaitu dengan usaha memperkecil persaingan dalam perkumpulan.
2. Membentuk hubungan baik dengan masyarakat melalui aktivitas perkumpulan. Kegiatan ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk membina persahabatan antar atlit.
3. Memperketat absensi/kehadiran atau dipaksa untuk hadir terus.
4. Atlit senior yang banyak pengalaman dapat membantu yuniornya untuk dapat lebih maju.
5. Bergabung atau bersahabat harus dengan senang / sukarela, pelatih jangan memaksa untuk menyatukan antar atlit.
D. Prinsip-prinsip yang penting bagi Pelatih
Sebagai seorang pelatih, tentunya harus memiliki prinsip yang harus dipegang agar atlitnya dapat berkembang secara maksimal. Beikut ini adalah beberapa prinsip yang harus dipegang bagi seorang pelatih :
1. Sebelum memulai latihan terlebih dahulu mengadakan observasi/survey terhadap perkumpulan itu.
2. Mempersiapkan mental dan fisik untuk menghadapi atlit.
3. Mempersiapkan pengetahuan keolahragaan yang lebih lengkap.
4. Bersikap sederhana, mantap, tegas, terbuka dan bersahabat.
5. Memiliki ketrampilan administrasi/memanaje.
6. Memberikan latihan secara sistematis, metodis, selalu menambah beban dan terus menerus.
7. Disiplin pribadi.
8. Senang bergaul.
9. Memiliki sikap kepemimpinan/leadership.
10. Sportif mengakui kesalahan atau kekurangan diri sendiri dan mengakui/membenarkan kelebihan orang lain.
11. Tidak cepat putus asa.
12. Sikap bertanggung jawab dan jiwa besarnya menonjol.
E. Mengatasi Stress Mental
Ketegangan mental sering terjadi, bahkan dialami oleh setiap olahragawan dan bahkan pelatih, terutama pada saat sedang bertanding, penonton pun mengalaminya. Bila seorang pelatih mengalami stress mental dan kemudian agak berat mengatasinya, maka hal itu akan berpengaruh besar terhadap para atlit. Keadaan mental pelatih akan “menular” kepada anak asuhnya (terutama bagi atlit yang selalu menggantungkan diri pada pelatih).
Tekanan-tekanan yang datang baik dari dalam maupun dari luar yang tidak dapat diatasi seorang pelatih akan sangat mengganggu keputusan-keputusan yang harus diinstruksikan kepada para atlitnya.
Dan pada gilirannya sikap para atlit terhadap pelatih interaksinya pun bersifat ragu-ragu, sehingga berakibat negatif pada hasil yang diharapkan.
Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengatasi stress mental :
1. Lakukanlah warming-up (pemanasan) secukupnya dan dilaksanakan menjelang pertandingan dimulai, misalnya 1-2 jam sebelumnya.
2. Bersikaplah gagah dan berani, kalau perlu agak sombong.
3. Tersenyumlah denga ramah.
4. Jangan selalu memperdulikan aksi atau komentar penonton.
5. Tingkatkan motivasi untuk memenangkan pertandingan.
Ada kalanya pelatih juga mengalami ketegangan saat melihat atlitnya sedang dalam posisi terpojok . Apabila pada suatu saat terdapat pelatih yang mengalami ketegangan, agar tidak menimbulkan efek yang buruk pada atlit sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu berusaha untuk sabar, tenang, ramah dengan senyum yang lebar.
2. Selesaikan suatu tugas dengan selamat.
3. Tidak berkata-kata yang menyebabkan orang lain tersinggung.
4. Lakukanlah sesuatu yang anda senangi.
5. Ceritakanlah keadaan yang sulit yang anda hadapi kepada teman yang dekat yang dapat memberikan suatu jalan ke luar.
6. Jauhkan perasaan rendah diri.
7. Bersikap kesatria dan lain-lain.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya semua atlet pasti akan mengalami ketegangan saat menghadapi pertandingan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gangguan dari dalam diri sendiri yang diakibatkan oleh kurangnya kesiapan baik fisik maupun mental, dan juga karena pengaruh dari luar seperti teriakan para supporter yang sedang menonton pertandingan.
Oleh sebab itu maka seorang pelatih harus mampu mengatasi masalah tersebut agar atletnya dapat tetap kosentrasi atau fokus pada saat bertanding. Sehingga atletnya mampu mengoptimalkan kemampuannya tanpa merasakan adanya hambatan dalam dirinya.
B. Saran
Dengan menganalisa kajian pembahasan makalah tersebut dapat disarankan sebagai berikut :
1. Pelatih sebaiknya lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan atlitnya agar tidak terjadi salah komunikasi.
2. Pelatih yang mengalami ketegangan diusahakan jangan sampai mempengaruhi atlitnya, sebisa mungkin tidak ditampakkan.



DAFTAR PUSTAKA

• Lutan, Rusli, dkk. (2004). Perubahan Motif Pembinaan Olahraga: Dari Logika Politik ke Logika Ekonomi, dalam Akar Sejarah dan Dimensi Keolahrgaan Nasional, Jakarta: Ditjora
• Moch, Subroto, Masalah-masalah dalam Kedokteran Olahraga, Latihan dan Coahing, Jakarta, 1975.
• Santoro (1986) Manual Kesehatan Olahraga (Jakarta:Dinas Kesehatan DKI)
• Rusli lutan, Sumardiyanto, 2002. Filsafat Olahraga. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.
• Husdarta, 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung.

ANTARA ILMU DAN SENI KEPELATIHAN DALAM PROFESIONALISME PELATIH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia olahraga tak lepas dari pelatih dan kepelatihan. Namun sebagai seorang pelatih tidak akan cukup jika hanya menguasai teknik bermain saja. Seorang pelatih harus mampu menyajikan program latihan yang terencana dengan matang. Dalam penyajiannya setiap pelatih mempunyai ilmu dan seni kepelatihan yang tidak sama, oleh karena itu seorang pelatih akan berhasil menerapkan program latihan secara tepat apabila dia dapat memahami keadaan atau kondisi atletnya. Pelatih profesional tidak akan menemukan kesulitan dalam hal tersebut, karena sudah memilki pengalaman serta ilmu dan seni kepelatihan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
• Kepelatihan sebagai ilmu
• Kepelatihan sebagai seni
• Perlatih amatir dan profesional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepelatihan sebagai ilmu
Sebagai pelatih semua harus mengerti bahwa di dalam dunia kepelatihan harus selalu berhadapan dengan manusia, bukan dengan benda mati. Tetapi dengan benda hidup yang mempunyai susunan tulang-tulang, otot-otot, syaraf-syaraf, alat panca indera jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain organisme tubuh yang memiliki organisasi yang sangat spesifik dan rumit. Bahkan mempunyai jiwa, pikiran dan perasaan.
Dan kepelatihan tidak berurusan dengan berpuluh-puluh individu, yang satu dengan lainnya berbeda-beda dalam hal bentuk tubuh, kelamin, kebiasaan-kebiasaan, perilakunya, sosio ekonominya, dan pendidikannya. Pendek kata berbeda di antaranya, psikhis, fisik maupun lingkungan asalnya.
Dengan demikian, seorang pelatih harus mengetahui dan memperdalam di bidang pengetahuan seperti tersebut di atas, yang erat kaitannya dengan keahliannya. Jika ilmu pengetahuan tersebut tidak disukainya, maka besar kemungkinan prestasi atlitnya tidak akan maju dengan pesat atau mencapai optimal. Dengan kata lain pelatih tidak akan berhasil dengan kemajuan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Begitu pun kalau pelatih hanya memilikipengetahuan yang setengah-setengah saja mengenai suatu masalah, biasanya informasi-informasi yang disampaikannya pun akan setengah-setengah dari pengetahuan tersebut, tentu kemungkinan terjadi informasi yang salah atau keliru sangat besar. Jadi pelatih tersebut, bukan akan menolong atlit tetapi justru akan mencelakakannya.
Lebih celaka lagi, kalau pelatih memberikan nasihat-nasihat yang keliru atau negatif, mungkin akan dibawa seumur hidup oleh atlit (terutama atlit pemula).
Dalam memberikan ungkapan nasehat yang salah sebenarnya lebih buruk bila dibandingkan dengan tidak memberi nasehat sama sekali.
B. Kepelatihan sebagai seni
Seperti tersebut di atas kepelatihan itu disamping sebagai ilmu, juga sebagai seni yang artinya dalam cara penerapan dari fakta-fakta ilmiah tersebut terhadap atlit. Cara pelaksanaan ini, sebenarnya tidak semudah apa yang diduga. Sebab di sini pelatih benar-benar dituntut keahlian, kecelakaan, kecerdikan, mental yang kuat, bakat dan seni serta “gaya” dari dirinya. Mungkin ini lebih sulit ketimbang mempelajari ilmu-ilmunya.
Oleh karena itu, pelatih perlu didukung adanya kemampuan ilmu jiwa atau psikologi karena akan banyak peranannya. Untuk itu bakat dan pengalaman yang cukup sangat menunjang. Menjadi pelatih tanpa memiliki seni dalam menjalankan kepelatihannya, maka akan kecil sekali kemungkinan seorang pelatih bisa menghasilkan prestasi yang optimal dari para atlitnya.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan kepelatihan itu bukan hanya ilmu tetapi juga seni atau sebaliknya, maka dari itu seorang pelatih hendaknya, kecuali seorang ilmuwan, juga seorang seniman.
C. Antara pelatih amatir dan pelatih profesional
Setiap pelatih tentu saja senang apabila tim atau atlitnya menjadi juara. Ada juga pelatih yang sering diwawancarai tentang bagaimana dia bisa sukses melatih para atlitnya. Tentu saja hal tersebut merupakan pelengkap dari kebanggaannya bakal melesat terkenal, tak peduli pelatih amatir ataupun professional.
Walaupun pada media massa yang sering muncul adalah sang juara, namun pelatih juga cukup bangga dengan prestasi atlitnya. Sebab pelatih juga turut andil dalam prestasi atlitnya. Apa mungkin seorang atlit menang tanpa adanya strategi dan bantuan dari pelatih? Rasanya berat. Sukses atlit berarti sukses juga pelatihnya, karena keduanya merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan. Seorang pelatih wajib memiliki kemampuan menetapkan strategi yang akurat, tidak peduli pelatih amatir maupun profesional.
Pada dasarnya antara pelatih amatir dan profesional mempunyai tugas dan tujuan yang sama, yakni mereka dituntut melatih atlit sampai memiliki penampilan bermain yang prima dan berprestasi. Namun, antara pelatih amatir dan pelatih profesional juga terdapat perbedaan yang mencolok, yaitu pelatih amatir itu biasanya orang yang punya dedikasi dalam suatu cabang olahraga tanpa dibayar, ataupun kalau dibayar juga tidak terlalu banyak, hanya sekedar uang transport saja. Sedangkan pelatih profesional adalah orang yang dalam melatih dan karena dia mempunyai kemampuan profesional dibayar atau dikontrak oleh suatu organisasi Instansi atau perusahaan untuk melatih olahraga, berdasarkan kualifikasi dalam satu keahlian melatih yang sudah dianggap pantas.
Pelatih olahraga amtir dan profesional juga harus memiliki pengetahuan dan pengalaman, khususnya dalam olahraga yang ditanganinya. Akan sangat tidak cukup jika hanya mengandalkan kemampuan teknik-teknik bermain saja. Pelatih tidak hanya bekerja untuk meningkatkan penampilan dari atlitnya, tetapi juga harus memiliki program latihan yang akan disajikan kepada atlit secara terencana, yang meliputi waktu, jumlah latihan, jenis kegiatannya semua diatursecara sistematis dan strategis.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prestasi atlit tidak akan mungkin meningkat apabila pelatihnya hanya menguasai teknik bermain saja. Seorang pelatih harus mempunyai ilmu dan seni kepelatihan agar atlitnya dapat berkembang menuju prestasi yang lebih tinggi. Hal tersebut sangat berlaku pada pelatih manapun.
Baik pelatih amatir maupun pelatih profesional, harus mempunyai program latihan yang sistematis. Antara pelatih amatir dan pelatih profesional tidak memiliki perbedaan yang jauh, sebenarnya yang membedakan antara pelatih amatir dengan pelatih profesional terdapat pada loyalitas dan pengalaman saja.
B. Saran
Berdasarkan analisa kajian dan pembahasan makalah di atas, dapat disarankan sebagai berikut :
1. Seorang pelatih olahraga sebaiknya lebih mendalami ilmu dan seni kepelatihan demi kemajuan prestasi atlit.
2. Pelatih dalam menyusun program latihan juga harus sesuai dengan kondisi atlit yang sedang dilatih pada saat itu, agar tidak terjadi penanganan yag salah dan berakibat buruk pada kondisi atlit.


DAFTAR PUSTAKA

• Lutan, Rusli, dkk. (2004). Perubahan Motif Pembinaan Olahraga: Dari Logika Politik ke Logika Ekonomi, dalam Akar Sejarah dan Dimensi Keolahrgaan Nasional, Jakarta: Ditjora
• Paseu, Anwar, “Memilih Atlit untuk Menghasilkan Prestasi Prima dalam Olahraga”, dalam Simposium Olahraga-Menuju Prestasi Berolahraga. (Surabaya:IAIFI, 18 Desember 1986)
• Santoro (1986) Manual Kesehatan Olahraga (Jakarta:Dinas Kesehatan DKI)
• Husdarta, 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung.
• Lutan, Rusli, dkk (2004). Kebijakan Nasional dalam Pengembangan Pendidikan Jasmani, dalam Akar Sejarah dan Dimensi Keolahragaan Nasional, Jakarta: Ditjora