BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia olahraga tak lepas dari pelatih dan kepelatihan. Namun sebagai seorang pelatih tidak akan cukup jika hanya menguasai teknik bermain saja. Seorang pelatih harus mampu menyajikan program latihan yang terencana dengan matang. Dalam penyajiannya setiap pelatih mempunyai ilmu dan seni kepelatihan yang tidak sama, oleh karena itu seorang pelatih akan berhasil menerapkan program latihan secara tepat apabila dia dapat memahami keadaan atau kondisi atletnya. Pelatih profesional tidak akan menemukan kesulitan dalam hal tersebut, karena sudah memilki pengalaman serta ilmu dan seni kepelatihan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
• Kepelatihan sebagai ilmu
• Kepelatihan sebagai seni
• Perlatih amatir dan profesional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepelatihan sebagai ilmu
Sebagai pelatih semua harus mengerti bahwa di dalam dunia kepelatihan harus selalu berhadapan dengan manusia, bukan dengan benda mati. Tetapi dengan benda hidup yang mempunyai susunan tulang-tulang, otot-otot, syaraf-syaraf, alat panca indera jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain organisme tubuh yang memiliki organisasi yang sangat spesifik dan rumit. Bahkan mempunyai jiwa, pikiran dan perasaan.
Dan kepelatihan tidak berurusan dengan berpuluh-puluh individu, yang satu dengan lainnya berbeda-beda dalam hal bentuk tubuh, kelamin, kebiasaan-kebiasaan, perilakunya, sosio ekonominya, dan pendidikannya. Pendek kata berbeda di antaranya, psikhis, fisik maupun lingkungan asalnya.
Dengan demikian, seorang pelatih harus mengetahui dan memperdalam di bidang pengetahuan seperti tersebut di atas, yang erat kaitannya dengan keahliannya. Jika ilmu pengetahuan tersebut tidak disukainya, maka besar kemungkinan prestasi atlitnya tidak akan maju dengan pesat atau mencapai optimal. Dengan kata lain pelatih tidak akan berhasil dengan kemajuan yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Begitu pun kalau pelatih hanya memilikipengetahuan yang setengah-setengah saja mengenai suatu masalah, biasanya informasi-informasi yang disampaikannya pun akan setengah-setengah dari pengetahuan tersebut, tentu kemungkinan terjadi informasi yang salah atau keliru sangat besar. Jadi pelatih tersebut, bukan akan menolong atlit tetapi justru akan mencelakakannya.
Lebih celaka lagi, kalau pelatih memberikan nasihat-nasihat yang keliru atau negatif, mungkin akan dibawa seumur hidup oleh atlit (terutama atlit pemula).
Dalam memberikan ungkapan nasehat yang salah sebenarnya lebih buruk bila dibandingkan dengan tidak memberi nasehat sama sekali.
B. Kepelatihan sebagai seni
Seperti tersebut di atas kepelatihan itu disamping sebagai ilmu, juga sebagai seni yang artinya dalam cara penerapan dari fakta-fakta ilmiah tersebut terhadap atlit. Cara pelaksanaan ini, sebenarnya tidak semudah apa yang diduga. Sebab di sini pelatih benar-benar dituntut keahlian, kecelakaan, kecerdikan, mental yang kuat, bakat dan seni serta “gaya” dari dirinya. Mungkin ini lebih sulit ketimbang mempelajari ilmu-ilmunya.
Oleh karena itu, pelatih perlu didukung adanya kemampuan ilmu jiwa atau psikologi karena akan banyak peranannya. Untuk itu bakat dan pengalaman yang cukup sangat menunjang. Menjadi pelatih tanpa memiliki seni dalam menjalankan kepelatihannya, maka akan kecil sekali kemungkinan seorang pelatih bisa menghasilkan prestasi yang optimal dari para atlitnya.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan kepelatihan itu bukan hanya ilmu tetapi juga seni atau sebaliknya, maka dari itu seorang pelatih hendaknya, kecuali seorang ilmuwan, juga seorang seniman.
C. Antara pelatih amatir dan pelatih profesional
Setiap pelatih tentu saja senang apabila tim atau atlitnya menjadi juara. Ada juga pelatih yang sering diwawancarai tentang bagaimana dia bisa sukses melatih para atlitnya. Tentu saja hal tersebut merupakan pelengkap dari kebanggaannya bakal melesat terkenal, tak peduli pelatih amatir ataupun professional.
Walaupun pada media massa yang sering muncul adalah sang juara, namun pelatih juga cukup bangga dengan prestasi atlitnya. Sebab pelatih juga turut andil dalam prestasi atlitnya. Apa mungkin seorang atlit menang tanpa adanya strategi dan bantuan dari pelatih? Rasanya berat. Sukses atlit berarti sukses juga pelatihnya, karena keduanya merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan. Seorang pelatih wajib memiliki kemampuan menetapkan strategi yang akurat, tidak peduli pelatih amatir maupun profesional.
Pada dasarnya antara pelatih amatir dan profesional mempunyai tugas dan tujuan yang sama, yakni mereka dituntut melatih atlit sampai memiliki penampilan bermain yang prima dan berprestasi. Namun, antara pelatih amatir dan pelatih profesional juga terdapat perbedaan yang mencolok, yaitu pelatih amatir itu biasanya orang yang punya dedikasi dalam suatu cabang olahraga tanpa dibayar, ataupun kalau dibayar juga tidak terlalu banyak, hanya sekedar uang transport saja. Sedangkan pelatih profesional adalah orang yang dalam melatih dan karena dia mempunyai kemampuan profesional dibayar atau dikontrak oleh suatu organisasi Instansi atau perusahaan untuk melatih olahraga, berdasarkan kualifikasi dalam satu keahlian melatih yang sudah dianggap pantas.
Pelatih olahraga amtir dan profesional juga harus memiliki pengetahuan dan pengalaman, khususnya dalam olahraga yang ditanganinya. Akan sangat tidak cukup jika hanya mengandalkan kemampuan teknik-teknik bermain saja. Pelatih tidak hanya bekerja untuk meningkatkan penampilan dari atlitnya, tetapi juga harus memiliki program latihan yang akan disajikan kepada atlit secara terencana, yang meliputi waktu, jumlah latihan, jenis kegiatannya semua diatursecara sistematis dan strategis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prestasi atlit tidak akan mungkin meningkat apabila pelatihnya hanya menguasai teknik bermain saja. Seorang pelatih harus mempunyai ilmu dan seni kepelatihan agar atlitnya dapat berkembang menuju prestasi yang lebih tinggi. Hal tersebut sangat berlaku pada pelatih manapun.
Baik pelatih amatir maupun pelatih profesional, harus mempunyai program latihan yang sistematis. Antara pelatih amatir dan pelatih profesional tidak memiliki perbedaan yang jauh, sebenarnya yang membedakan antara pelatih amatir dengan pelatih profesional terdapat pada loyalitas dan pengalaman saja.
B. Saran
Berdasarkan analisa kajian dan pembahasan makalah di atas, dapat disarankan sebagai berikut :
1. Seorang pelatih olahraga sebaiknya lebih mendalami ilmu dan seni kepelatihan demi kemajuan prestasi atlit.
2. Pelatih dalam menyusun program latihan juga harus sesuai dengan kondisi atlit yang sedang dilatih pada saat itu, agar tidak terjadi penanganan yag salah dan berakibat buruk pada kondisi atlit.
DAFTAR PUSTAKA
• Lutan, Rusli, dkk. (2004). Perubahan Motif Pembinaan Olahraga: Dari Logika Politik ke Logika Ekonomi, dalam Akar Sejarah dan Dimensi Keolahrgaan Nasional, Jakarta: Ditjora
• Paseu, Anwar, “Memilih Atlit untuk Menghasilkan Prestasi Prima dalam Olahraga”, dalam Simposium Olahraga-Menuju Prestasi Berolahraga. (Surabaya:IAIFI, 18 Desember 1986)
• Santoro (1986) Manual Kesehatan Olahraga (Jakarta:Dinas Kesehatan DKI)
• Husdarta, 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung.
• Lutan, Rusli, dkk (2004). Kebijakan Nasional dalam Pengembangan Pendidikan Jasmani, dalam Akar Sejarah dan Dimensi Keolahragaan Nasional, Jakarta: Ditjora
Tidak ada komentar:
Posting Komentar